JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN PENDIDIKAN CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 09 Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Jurnal Refleksi dwi mingguan ini disusun sebagai bagian integral dari
tugas yang harus saya selesaikan sebagai seorang calon guru penggerak. Sebagai
individu yang memiliki tekad untuk memberikan dampak positif dalam dunia
pendidikan, saya merasa perlu untuk memperdalam pemahaman saya tentang berbagai
aspek pendidikan. Modul 1.1 yang berfokus pada "Filosofis Pemikiran Ki
Hajar Dewantara tentang Pendidikan" menjadi landasan penting bagi
perjalanan refleksi ini.
Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan ternama dari Indonesia,
telah memberikan kontribusi yang tak ternilai dalam pengembangan pendidikan di
tanah air. Pemikiran filosofisnya telah membentuk pandangan-pandangan baru
tentang pendidikan yang berakar pada budaya dan nilai-nilai lokal, sambil tetap
relevan dalam konteks global. Modul 1.1 menjadi pintu gerbang bagi saya untuk
memahami lebih dalam visi dan prinsip-prinsip yang telah ditanamkan oleh Ki
Hajar Dewantara dalam sistem pendidikan kita.
Dalam refleksi ini, saya akan mencermati setiap tahap perjalanan
pembelajaran modul 1.1, merenungkan gagasan-gagasan penting yang telah
disampaikan, dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi serta impian saya
sebagai seorang calon guru penggerak. Saya percaya bahwa dengan merefleksikan
setiap pelajaran yang saya peroleh, saya akan dapat mengembangkan pemahaman
yang lebih mendalam tentang peran saya dalam membentuk masa depan pendidikan
Indonesia.
Selama proses ini, saya juga akan berupaya menjawab
pertanyaan-pertanyaan penting, seperti bagaimana pemikiran Ki Hajar Dewantara
dapat diaplikasikan dalam konteks pendidikan modern, dan bagaimana saya dapat
menjadi agen perubahan yang mampu menghadirkan perubahan positif dalam dunia
pendidikan.
Melalui Jurnal Refleksi dwi mingguan ini, saya berharap dapat menggali
pemahaman yang lebih dalam tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, dan
bagaimana pemikiran tersebut dapat menjadi pedoman bagi saya dalam mengabdi
pada dunia pendidikan. Semoga tulisan ini juga dapat menginspirasi pembaca
lainnya untuk menjalani proses refleksi serupa, sehingga kita semua dapat
berperan aktif dalam membentuk masa depan pendidikan yang lebih baik.
Alhamdulillah, ucapan syukur yang tulus kepada Allah SWT, karena atas
karunia-Nya, saya telah lulus sebagai peserta Calon Guru Penggerak (CGP)
Angkatan 9. Ini adalah sebuah keberhasilan yang sangat berarti dalam perjalanan
pendidikan dan karier saya. Namun, setelah dinyatakan lulus, perjalanan ini
masih jauh dari selesai.
Sebagai langkah pertama, para peserta CGP Angkatan 9 diminta untuk
mengunduh dan menandatangani pakta integritas bermeterai, yang kemudian harus
diunggah ke laman SIMPKB Pendidikan Guru Penggerak. Hal ini menegaskan komitmen
kami untuk menjalani program ini dengan integritas dan dedikasi tinggi.
Kegiatan CGP Angkatan 9 secara resmi dimulai pada tanggal 16 Agustus
2023. Acara pembukaan ini dipimpin oleh Kemendikbudristek, Nadiem Makarim,
B.A., M.B.A., dan Dirjen GTK melalui platform Zoom, yang diikuti oleh seluruh
peserta CGP Angkatan 9 dari seluruh Indonesia. Sesi kedua kegiatan dilanjutkan
oleh BGP Provinsi Lampung melalui Zoom dan Live Streaming BBGP.
Dalam rangkaian kegiatan tersebut, kami, para peserta CGP, diberikan
arahan penting terkait pelaksanaan program. Mulai dari jadwal teknis, strategi
persiapan, hingga tugas-tugas yang akan kami lakukan selama mengikuti program
CGP. Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 9 akan berlangsung selama enam
bulan, dimulai dari tanggal 16 Agustus 2023 hingga 28 April 2023. Pembelajaran
resmi dimulai pada tanggal 21 Agustus 2023, dengan agenda awal berfokus pada
pengenalan Learning Management System (LMS).
Pada hari itu, kami, peserta CGP Angkatan 9, diajak untuk mempelajari
apa yang tersedia di dalam LMS, dimulai dari Modul 1.1. Selain itu, kami juga
akan berpartisipasi dalam forum diskusi bersama fasilitator di Ruang
Kolaborasi, bersama teman-teman CGP lainnya yang telah dibentuk dalam beberapa
kelompok.
Ini adalah awal yang menarik dari perjalanan kami sebagai calon guru
penggerak. Kami berkomitmen untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan menerapkan
pengetahuan yang kami peroleh untuk mendukung perkembangan pendidikan di
Indonesia. Semoga perjalanan kami sebagai CGP Angkatan 9 akan membawa dampak
positif dalam dunia pendidikan dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat.
Pada tanggal 16 hingga 18 Agustus 2023, para peserta Calon Guru
Penggerak (CGP) Angkatan 9 menjalani Pretes Modul 1. Ini menjadi langkah awal
yang penting dalam perjalanan kami menuju pemahaman yang lebih dalam tentang
pendidikan. Kemudian, pada tanggal 21 Agustus 2023, kami memulai pembelajaran
resmi dengan mempelajari Modul 1.1 yang berfokus pada "Mulai Dari Diri dan
Eksplorasi Konsep."
Pengenalan konsep ini tidak hanya terbatas pada bacaan dan materi,
tetapi juga melibatkan forum diskusi yang dipandu oleh Fasilitator, Bapak Nur
Hasanuri, M.Pd. Dalam kesempatan ini, kami memulai perjalanan untuk memahami
pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran. Forum diskusi
ini juga menjadi wadah bagi kami, para peserta CGP, untuk berbagi pandangan dan
pemahaman dengan sesama calon guru penggerak.
Selanjutnya, setelah memulai materi "Mulai Dari Diri dan
Eksplorasi," kami melanjutkan diskusi secara virtual dengan Fasilitator
pada Modul 1.1a.4.1, yang dilaksanakan melalui platform Google Meet pada
tanggal 22 Agustus 2023. Ini adalah langkah konkret kami dalam menjelajahi
konsep-konsep yang mendalam dalam pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar
Dewantara.
Kami bersemangat untuk terus belajar dan berdiskusi, karena kami percaya
bahwa pemahaman yang lebih dalam tentang pemikiran pendidikan ini akan membantu
kami menjadi guru penggerak yang lebih efektif dan berdampak positif dalam
dunia pendidikan di Indonesia.
Pada perjalanan kami sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 9, kami
memiliki kesempatan berharga untuk terlibat dalam kegiatan yang mendalam dan
berarti. Salah satunya adalah melalui ruang kolaborasi yang dipandu oleh
Fasilitator, Bapak Nur Hasanuri, M.Pd. Di sini, kami mengeksplorasi beragam
aspek budaya daerah yang mencerminkan konsep-konsep pemikiran Ki Hajar
Dewantara.
Dalam forum diskusi virtual ini, kami diajak untuk merenungkan bagaimana
filosofi Ki Hajar Dewantara tercermin dalam budaya lokal, dan bagaimana
konsep-konsep ini dapat diaplikasikan dalam konteks pendidikan. Fasilitator
dengan jelas menegaskan tujuan pembelajaran kami, yaitu agar kami mampu
memberikan refleksi kritis tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam forum
diskusi ini. Di sinilah kami berbagi pengalaman, gagasan, dan pandangan dengan
teman-teman sejawat mengenai filosofi Ki Hajar Dewantara dan bagaimana kami
dapat menerapkannya di lingkungan sekolah.
Selanjutnya, kami diminta untuk membuat karya berupa Demonstrasi
Kontekstual pada tanggal 28 Agustus 2023. Ini adalah langkah nyata kami dalam
mengaplikasikan pemahaman yang kami peroleh dalam konteks pendidikan
sehari-hari. Materi Elaborasi Pemahaman pada tanggal 29 Agustus 2023 menjadi
momen penting dalam perjalanan kami. Di sini, kami mendapatkan pemahaman yang
lebih mendalam tentang Konsep Dasar Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan
relevansinya dengan pendidikan Abad 21. Elaborasi konsep ini memperkaya wawasan
kami dan memberi kami wawasan yang lebih kaya tentang pemikiran Ki Hajar
Dewantara.
Selain itu, kami juga aktif dalam membuat pertanyaan di platform
Learning Management System (LMS). Pertanyaan-pertanyaan ini akan dinilai oleh
instruktur dan kemudian dibahas dalam sesi Google Meet (Gmeet). Ini adalah cara
kami untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan berkontribusi
pada diskusi yang mendalam tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Kami juga diberi kesempatan untuk menilai kinerja instruktur, yang
merupakan salah satu cara untuk memastikan bahwa proses pembelajaran berjalan
dengan baik. Kesempatan-kesempatan ini tidak hanya memberi kami pemahaman yang
lebih dalam tentang pendidikan dan pemikiran Ki Hajar Dewantara, tetapi juga
memperkaya pengalaman belajar kami sebagai Calon Guru Penggerak. Semoga segala
pengalaman ini akan membantu kami menjadi agen perubahan yang lebih efektif
dalam dunia pendidikan Indonesia.
FELLING (PERASAAN)
Pendidikan Guru Penggerak telah membawa saya melalui beragam perasaan
dan tantangan yang menguji keterampilan dan tekad saya. Ada momen kebahagiaan
yang muncul dari kesempatan ini, tetapi juga ada ketidakpastian yang menjadi
bagian dari perjalanan ini.
Kebahagiaan saya tak terbendung saat saya diterima sebagai peserta
program ini. Ini adalah pencapaian yang membanggakan karena seleksi tahap 1 dan
2 sangat ketat. Namun, seiring dengan kegembiraan datanglah perasaan kuatir.
Pelatihan guru penggerak ini berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang,
dan saya merasa cemas bahwa saya mungkin tidak akan mampu menyelesaikan semua
tanggung jawab yang diberikan, terutama yang berkaitan dengan pemahaman saya
tentang teknologi informasi yang terbatas.
Saya juga harus menghadapi kekhawatiran dan ketakutan terkait dengan
tugas utama saya sebagai pendidik. Sering kali, saya merasa takut bahwa saya
tidak akan bisa membagi waktu dengan baik antara tugas-tugas di Pendidikan Guru
Penggerak dan tugas-tugas sebagai guru di sekolah. Kekhawatiran ini
kadang-kadang membuat saya merasa putus asa dan kehilangan semangat. Namun,
berkat dukungan dan kerjasama dari rekan-rekan dalam kelompok CGP, saya
menemukan cara untuk mengatasi kekhawatiran tersebut dan menjaga semangat tetap
menyala.
Ada juga momen-momen panik ketika saya berjuang dengan tenggat waktu
tugas yang ketat. Rasa kuatir dan takut sering kali muncul, tetapi saya
berusaha untuk menjaga kesehatan fisik dan mental serta berdoa kepada Allah SWT
agar diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan tugas sebagai guru
dan CGP.
Tetapi di tengah-tengah semua tantangan ini, ada satu hal yang membawa
kebahagiaan yang besar. Saya mulai menerapkan filosofi Ki Hajar Dewantara dalam
pembelajaran saya di kelas. Saya belajar untuk lebih memahami anak-anak dan
merasakan kasih sayang yang mendalam terhadap mereka. Saya tidak lagi melihat
tindakan mereka yang seringkali bercanda, mengganggu teman, atau bermain-main
sebagai tindakan nakal, tetapi sebagai ekspresi kodrat alami anak-anak untuk
bermain. Ini memotivasi saya untuk merancang pembelajaran yang lebih menarik
dan menyenangkan, sehingga mereka bisa belajar dengan sukacita.
Kebutuhan saya sebagai guru untuk membimbing anak-anak dalam menghadapi
dunia yang terus berubah semakin bertambah. Saya ingin membantu mereka mencapai
kebahagiaan dan keselamatan sejati. Dengan pengalaman dan pemahaman yang saya
peroleh melalui Pendidikan Guru Penggerak, saya berharap dapat mengemban tugas
ini dengan kesabaran dan dedikasi yang tinggi. Semoga semua perjuangan ini akan
membawa perubahan positif dalam dunia pendidikan dan membantu menciptakan masa
depan yang lebih baik untuk anak-anak kami.
FINDINGS(PEMBELAJARAN)
Pendidikan Guru Penggerak telah membawa cahaya baru dalam perjalanan
saya sebagai seorang pendidik. Saya merasa diberkahi dengan pemahaman yang
lebih dalam tentang filosofi Ki Hajar Dewantara, yang sebelumnya mungkin belum
saya pahami sepenuhnya. Dalam pembelajaran ini, saya menemukan ilmu-ilmu baru
yang sangat berharga untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai pendidik.
Mengikuti 6 Dasar Pemikiran Ki Hajar Dewantara telah memberi saya bekal
yang tak ternilai harganya. Saya merasa terinspirasi untuk menuntun segala
potensi dan kodrat yang dimiliki oleh anak-anak, dengan tujuan membimbing
mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan sejati, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat. Trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu
"ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri
handayani," menjadi pedoman berharga bagi saya dalam menjalani tugas
pendidikan ini.
Saya sadar akan kodrat merdeka yang dimiliki oleh setiap anak. Oleh
karena itu, saya percaya bahwa penting untuk memberikan mereka kemerdekaan
dalam mengeksplorasi minat, bakat, dan kreativitas mereka sendiri, sehingga
mereka dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.
Sebagai pendidik, saya mengambil peran sebagai pelayan kepada anak-anak,
sehingga mereka menjadi subyek yang aktif dalam proses pembelajaran, bukan
hanya objek yang menerima informasi. Saya memandang setiap murid sebagai
individu yang unik, dengan kodrat yang samar. Tugas saya adalah membantu mereka
memahami dan menebalkan garis-garis samar ini, sehingga mereka dapat tumbuh
menjadi manusia yang utuh dan berdaya.
Menerapkan budi pekerti yang luhur adalah prinsip yang saya pegang
teguh. Saya berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai luhur ini dalam setiap
aspek pembelajaran, sehingga anak-anak tidak hanya berkembang secara akademis,
tetapi juga moral dan karakter. Profil pelajar Pancasila menjadi pedoman dalam
pencapaian ini, yang mencakup beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar
kritis, dan kreatif.
Sebagai seorang pendidik, saya melihat diri saya sebagai seorang petani
yang menanam benih di ladang pendidikan. Saya harus dengan penuh dedikasi
merawat tanaman ini, memberi mereka asupan yang mereka butuhkan, dan memastikan
mereka tumbuh dengan baik. Seperti seorang petani, tugas saya adalah membantu
mereka mencapai potensi tertinggi mereka, sehingga mereka bisa menjadi manusia
yang berharga dan mampu memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan bangsa.
FUTURE (PENERAPAN)
Saya berkomitmen untuk melakukan yang terbaik dalam proses pembelajaran
di kelas, dengan tekad untuk mencapai tujuan pendidikan dengan baik. Saya
menyadari bahwa ada banyak hal yang perlu saya perbaiki, dan saya tidak ingin
lagi melanjutkan dengan cara yang jauh dari kata sempurna jika dibandingkan
dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Pendidikan yang berpusat pada guru harus segera diubah menjadi
pendidikan yang berpusat pada murid. Ini akan menciptakan suasana interaktif
yang lebih menyenangkan dalam kelas. Saya percaya bahwa memberikan kebebasan
kepada anak-anak untuk menggali potensi mereka sendiri adalah kunci dalam
proses pembelajaran. Mereka harus diberi kesempatan untuk menemukan jati diri
mereka sendiri, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi manusia yang utuh dan
sesuai dengan kodrat alam mereka.
Saya juga menyadari bahwa peran saya sebagai pendidik adalah untuk
membimbing, bukan hanya memberikan arahan. Kami harus menuntun peserta didik
agar mereka dapat mengembangkan potensi alamiah yang mereka miliki sejak lahir,
serta memahami konteks zaman di mana mereka hidup saat ini. Ini akan membantu
mereka dalam menghadapi tantangan hidup mereka saat ini dan di masa depan.
Dengan pendekatan ini, saya berharap dapat membantu peserta didik saya
menjadi manusia yang memiliki karakter baik sesuai dengan kodrat alam mereka
dan mengikuti perkembangan zaman dengan baik. Ini adalah komitmen saya dalam
menjalani perjalanan sebagai seorang pendidik yang selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan yang terbaik bagi generasi
penerus kita.
Sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 09, kita telah mengeksplorasi
bagaimana filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dapat membimbing kita dalam
perjalanan sebagai pendidik. Kita telah memahami bahwa pendidikan sejati adalah
tentang membantu anak-anak untuk menggali potensi mereka, menghormati kodrat
alam mereka, dan memandu mereka untuk menjadi manusia yang utuh.
Dalam perjalanan ini, kita telah merasakan kebahagiaan dalam menemukan
wawasan baru, tetapi juga menghadapi tantangan dan ketidakpastian. Namun, kita
tahu bahwa dengan komitmen, dedikasi, dan semangat yang tinggi, kita dapat
menjadi agen perubahan yang positif dalam dunia pendidikan.
Terima kasih telah membaca Jurnal Refleksi ini. Semoga pengalaman dan
pembelajaran yang kita dapatkan menjadi landasan kuat untuk perjalanan
mendatang sebagai guru penggerak yang berdedikasi. Mari kita terus menggali
ilmu dan pengalaman, dan bersama-sama menciptakan masa depan pendidikan yang
lebih baik.
Komentar
Posting Komentar