JURNAL DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
Dalam merangkai fondasi budaya
positif yang kuat dalam sebuah masyarakat, salah satu pilar utama yang
memainkan peran sentral adalah pendidikan. Di Indonesia, nama Ki Hajar
Dewantara telah menjadi ikon yang tak terbantahkan dalam konteks ini. Filosofi
dan pemikiran Ki Hajar Dewantara telah menjadi panduan berharga dalam membentuk
budaya positif yang mempromosikan inklusivitas, karakter yang kuat, dan
penghargaan terhadap keanekaragaman budaya. Dalam tulisan ini, kita akan
mengulas bagaimana konsep dan prinsip-prinsip yang diperkenalkan oleh Ki Hajar
Dewantara terkait dengan pendidikan, telah menjadi pencerminan nyata dari upaya
menuju budaya positif yang lebih baik di Indonesia.
Ki Hajar Dewantara, atau lebih
dikenal sebagai pendiri pendidikan Taman Siswa, adalah sosok yang memegang
peran penting dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Beliau memperjuangkan hak
pendidikan untuk semua lapisan masyarakat, tanpa memandang ras, agama, atau
status sosial. Konsep pendidikan inklusif yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara
telah menjadi dasar bagi pembentukan budaya positif di Indonesia, di mana
setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.
Prinsip-prinsip Ki Hajar
Dewantara tentang pendidikan juga berakar pada pembentukan karakter yang kuat.
Beliau mendukung ide bahwa pendidikan tidak hanya berkutat pada penguasaan ilmu
pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan karakter yang baik. Prinsip-prinsip
moral, etika, dan nilai-nilai kemanusiaan menjadi bagian integral dari
pendidikan yang diwariskan oleh Ki Hajar Dewantara. Ini memberikan landasan
moral yang kokoh dalam membentuk budaya positif di masyarakat.
Selain itu, Ki Hajar Dewantara
sangat menghargai keanekaragaman budaya. Beliau memahami pentingnya menjaga dan
mempromosikan beragam tradisi dan budaya lokal. Dalam pendekatan pendidikannya,
Ki Hajar Dewantara mengintegrasikan elemen-elemen kebudayaan lokal ke dalam
kurikulum, sehingga siswa tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari
pengalaman dan kekayaan budaya yang ada di sekitar mereka. Ini menciptakan rasa
hormat dan penghargaan terhadap keanekaragaman budaya yang menjadi salah satu
pilar utama dalam budaya positif.
Jurnal refleksi ini akan mengulas
lebih lanjut tentang bagaimana konsep dan prinsip-prinsip Ki Hajar Dewantara
tentang pendidikan telah membantu membentuk fondasi budaya positif yang
inklusif, berakar pada karakter yang kuat, dan mempromosikan penghargaan
terhadap keanekaragaman budaya di Indonesia. Dengan memahami warisan Ki Hajar
Dewantara, kita dapat melihat bagaimana pendidikan memiliki peran penting dalam
membentuk masa depan yang lebih baik bagi bangsa ini.
Facts (Peristiwa)
Kegiatan dimuali dengan mulai daridiri dengan tujuan pada
modul 1.4 Mengaktifkan pengetahuan awal apa yang telah dipelajari sebelumnya
tentang konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep
lingkungan dan budaya positif di sekolah.
Mengamati bagaimana sistem rancangan di sekolah masing-masing
dapat menciptakan lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang
bahagia, mandiri, dan bertanggung jawab, sesuai dengan filosofi Ki Hadjar
Dewantara. Pada forum diskusi dengan pertanyaan pemantik apa pentingnya menciptakan
suasana positif di lingkungan anda ? Suasana positif dapat memberikan dukungan
psikologis yang sangat dibutuhkan kepada individu dalam lingkungan tersebut.
Ini dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan kesejahteraan mental, dan
mengurangi risiko gangguan kesehatan mental. sehingga akan mempengaruhi
kualitas pembelajaran di kelas / di sekolah. menciptakan suasana yang positif
sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid.
Suasana yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Ketika siswa
merasa diterima, dihargai, dan nyaman di lingkungan pembelajaran, mereka
cenderung lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan antusiasme,
Lingkungan positif memungkinkan siswa untuk merasa lebih bebas untuk berpikir
kreatif dan berinovasi. Mereka lebih mungkin untuk mencoba hal-hal baru dan
mengembangkan ide-ide yang lebih baik. budaya positif dalam kelas atau sekolah
memungkinkan pembangunan karakter yang lebih baik. Nilai-nilai seperti
kerjasama, empati, dan penghargaan terhadap keberagaman lebih mudah
dipromosikan dalam suasana yang positif. Kualitas Hubungan Guru-Siswa.
Menciptakan suasana yang
positif sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang berpihak pada
murid. Suasana positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, memberikan
kepuasan dalam pembelajaran, merangsang kreativitas dan keterlibatan aktif, serta
mendukung pembangunan karakter dan hubungan yang baik antara Pendidik dan
Peserta didik. Lingkungan positif juga memfasilitasi pemecahan masalah yang
efektif, mengurangi ketidakdisiplinan, dan menciptakan lingkungan belajar yang
aman. Selain itu, dalam suasana yang positif, pendekatan pembelajaran berpusat
pada peserta didik lebih mudah diterapkan, memungkinkan pengembangan pribadi
dan akademik yang optimal bagi setiap peserta didik. Ini menjadikan suasana
positif sebagai landasan kuat untuk pencapaian akademik dan perkembangan
pribadi yang berkelanjutan bagi peserta didik
Menjawab sebuah pertanyaan
Disiplin budaya belajar dalam proyek kerja tim telah berjalan
lancar dengan penyelesaian tepat waktu dan komunikasi terbuka antara pendidik
dan peserta didik berkat penerapan budaya tutor sebaya. Namun, yang masih perlu
diperbaiki dan dikembangkan adalah perlunya komitmen berkelanjutan untuk
memelihara budaya positif. Terkadang, budaya positif dapat terancam oleh
situasi atau perubahan dalam lingkungan belajar, sehingga perlu upaya
berkelanjutan untuk menjaga suasana yang positif tetap berlangsung.
Harapan saya terhadap peserta didik setelah saya mempelajari
Modul 1.4 tentang budaya positif dalam lingkungan belajar adalah bahwa mereka
akan menjadi lebih kreatif dan termotivasi untuk meraih kesuksesan. Saya
berharap mereka akan memelihara hubungan baik antar individu sehingga dapat
berkolaborasi dengan lebih baik, dan akhirnya, memengaruhi positif lingkungan
sekitarnya.
Adapun sub materi pada Budaya positif, Disiplin Positif dan
nilai nilai kebajikan universal Hakikatnya, dalam kehidupan kita masing-masing,
kita yang memegang kendali dan kontrol, begitu pula dalam proses pembelajaran. saya
sangat setuju dengan pernyataan ini, karena pada akhirnya, kita adalah orang
yang paling bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan dalam hidup kita.
Kontrol atas tangan kita sendiri bukan hanya berarti memiliki kemampuan untuk
mengendalikan tindakan fisik, tetapi juga memahami dampak dari keputusan yang
kita ambil. Dengan mengambil inisiatif dan tanggung jawab atas diri sendiri,
kita dapat membentuk arah dan tujuan dalam kehidupan kita sesuai dengan
nilai-nilai dan aspirasi pribadi. Ini juga berlaku dalam konteks pembelajaran,
di mana kemauan dan usaha individu sangat berperan dalam kesuksesan belajar.
Dengan mengambil kendali atas pembelajaran kita, kita dapat mencapai potensi
terbaik dan mencapai tujuan pendidikan yang kita tetapkan. Menurut Teori
Kontrol dari William Glasser, seringkali terjadi miskonsepsi tentang konsep
"kontrol". Dalam teorinya, kontrol tidak hanya berarti guru
mengendalikan murid, tetapi lebih kepada memahami bagaimana guru dan murid
bersama-sama berkolaborasi dalam proses pembelajaran. Kontrol dalam konteks ini
adalah tentang memberikan keterlibatan aktif kepada murid dalam pembelajaran
mereka dan memberikan mereka tanggung jawab atas hasil belajar mereka sendiri.
Dengan cara ini, Teori Kontrol William Glasser menekankan pentingnya kerjasama
dan pemberdayaan dalam pendidikan.
Saya akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid
saya, meskipun tidak ada aturan atau penghargaan yang secara eksplisit mengatur
hal tersebut. Alasannya adalah karena disiplin dan tanggung jawab saya sebagai
seorang pendidik tidak hanya dipengaruhi oleh aturan atau penghargaan
eksternal. Saya memahami bahwa kualitas pendidikan yang saya berikan kepada
murid-murid saya memiliki dampak jangka panjang pada masa depan mereka.
Kehadiran tepat waktu dan dedikasi dalam mengajar adalah bagian integral dari
profesinya. Saya juga berkomitmen untuk memberikan contoh yang baik kepada
murid-murid, mengajarkan nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, dan
profesionalisme. Jadi, bahkan tanpa aturan atau penghargaan formal, saya akan
tetap datang tepat waktu karena itu adalah bagian dari komitmen moral dan etika
kerja saya sebagai seorang guru.
Pada sub materi slenjutnaya teori motivasi, hukuman dan
penghargaan restitusi Nilai-nilai yang saya tanamkan kepada peserta didik di
kelas adalah disiplin dan kepemimpinan. Ketika mereka mengerjakan sebuah
proyek, peserta didik yang berhasil adalah yang mampu mentorkan pengetahuan
yang mereka peroleh dalam pembelajaran. Hasilnya, peserta didik menjadi
bersemangat untuk berbagi pengetahuan, baik dalam kegiatan sekolah maupun dalam
lingkungan masyarakat. Ini menciptakan budaya kolaborasi dan pembelajaran yang
positif di antara mereka, serta mengembangkan kepemimpinan mereka dalam berbagi
ilmu dan pengalaman dengan orang lain.
Dengan kasus seperti di bawah
Sangat setuju bahwa tindakan Pak Seno dalam cerita tersebut
tidaklah tepat. Sebagai pendidik, kita seharusnya memberikan dukungan dan
bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, bukan mempermalukan mereka di
depan kelas. Pendidikan seharusnya menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung di mana siswa dapat berkembang dengan percaya diri. Perlakuan yang
merendahkan dapat berdampak negatif pada siswa. Sebagai pendidik, kita harus
mendengarkan permasalahan siswa dan mencari solusi bersama dengan empati dan
pendekatan yang positif.
Dilanjutkan dengan keyakinan kelas , prosedur pembentukan keyakinan sekoah/kelas membuat sebuah tabel T dan Y tulisan gagasan dan memberikan contoh perwujudan
Sub materi selanjutny kebutuhan dasar manusia dan dunia
berkualitas semua tujuan berdasarkan
dari dasar kebutuhan manusia tersebut mulai dari kebutuhan bertahan hidup,
diterima dan kasih sayang, penguasaan, kesenangan, kebebasan . dilanjutkan
dengan materi restitusi 5 posisi kontrol, yang pertama penghuum, pembuat merasa
bersalah, teman, pemantau manajer yang paling baik yang harus di miliki oleh
setiap pendidik, selanjutnya dilanjutkan dengna materi segitiga restitusi,
sebuah pola untuk menciptakan sebuah kondisi bagi peserta didik untuk
memperbaiki kesalahannya dengan proses kolaboratif yang mengajarkan peserta
didik untuk mencari solusi untuk masalah mereka sendiri dan bagaimana nantinya
mereka harus melakukan kepada orang lain
Pada tanggal 6 Oktober 2023, para calon guru penggerak
berkumpul untuk melakukan kolaborasi antarkelompok yang bertujuan untuk
membahas sebuah kasus pendidikan yang telah diberikan. Diskusi ini memberikan
kesempatan kepada peserta untuk merenungkan dan memahami berbagai posisi
kontrol yang dapat diterapkan dalam kasus tersebut.
Kegiatan sikusi ini diwarnai dengan antusiasme yang tinggi
dari setiap calon guru penggerak. Mereka secara aktif berpartisipasi dalam
bertukar pikiran, membagikan pandangan mereka, dan mencoba memahami dinamika
yang terlibat dalam kasus yang dihadapi. Diskusi mengenai posisi kontrol dalam
pendidikan sangat menarik, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap
pengalaman pendidikan siswa.
Hasil dari kolaborasi ini menunjukkan bahwa berbagai kelompok
membahas kasus yang berbeda-beda, yang mencakup beragam aspek pendidikan. Salah
satu kasus yang menarik perhatian adalah yang melibatkan seorang pendidik yang
menerapkan posisi kontrol dengan cara menghukum siswa atau mengambil tindakan
yang bersifat otoriter. Kasus lain mencakup peran teman sebaya, pemantauan,
hingga peran manajer dalam penyelesaian sebuah kasus.
Melalui beragam pandangan dan argumen yang dibagikan, diskusi
ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang implikasi dari masing-masing
posisi kontrol dalam pendidikan. Para peserta melihat bagaimana pilihan posisi
kontrol dapat memengaruhi motivasi, partisipasi, dan perkembangan siswa.
Hasil kolaborasi ini juga mencerminkan komitmen para calon
guru penggerak dalam memahami dan memperbaiki praktik pendidikan mereka. Mereka
telah mendemonstrasikan antusiasme dan semangat untuk memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip pendidikan yang lebih inklusif, berdasarkan prinsip-prinsip
seperti penghargaan terhadap keanekaragaman, pembelajaran yang berpusat pada
siswa, dan kerjasama.
Kolaborasi ini tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih
dalam tentang posisi kontrol dalam pendidikan, tetapi juga mengilhami para
calon guru penggerak untuk terus berkomitmen dalam menjalani peran mereka
dengan penuh tanggung jawab. Dengan semangat yang mereka tunjukkan, diharapkan
bahwa mereka akan menjadi agen perubahan yang positif dalam dunia pendidikan,
membawa nilai-nilai inklusifitas, penghargaan terhadap keanekaragaman, dan
prinsip-prinsip pedagogi yang lebih baik kepada siswa-siswa mereka di masa
depan.
Selanjutnya dalam perjalanan mereka sebagai calon guru
penggerak, para peserta menghadapi tahap penting dalam mengkomunikasikan hasil
dari diskusi yang telah mereka kerjakan sebelumnya. Kegiatan persentasi dan
umpan balik menjadi momen yang sangat penting dalam menggambarkan pemahaman
individu dan kelompok mengenai berbagai isu pendidikan.
Hasil dari persentasi diskusi dan umpan balik yang
disampaikan oleh para peserta memunculkan beragam pemahaman yang mencerminkan
keragaman latar belakang, pandangan, dan pengalaman mereka sebagai calon guru
penggerak. Masing-masing peserta membawa perspektif unik mereka terhadap
isu-isu yang dibahas dalam diskusi.
Pentingnya keragaman pemahaman ini tidak boleh diabaikan.
Diskusi yang menghasilkan beragam pemahaman menciptakan lingkungan belajar yang
dinamis dan memungkinkan pertukaran ide yang kaya. Dalam berbagi perspektif
yang berbeda, para peserta dapat memperdalam pemahaman mereka tentang masalah
pendidikan, menggali sudut pandang yang belum terpikirkan sebelumnya, dan
memperkaya wawasan mereka.
Selain itu, kegiatan persentasi dan umpan balik juga
mencerminkan komitmen para peserta untuk berbagi dan belajar bersama. Dalam
memberikan umpan balik, mereka tidak hanya mendengarkan dengan telinga terbuka,
tetapi juga dengan hati terbuka. Mereka menghargai keragaman perspektif,
menghormati pendapat orang lain, dan berusaha mencari pemahaman bersama.
Hasil dari persentasi dan umpan balik ini mencerminkan
semangat untuk memahami lebih dalam dan lebih baik tentang isu-isu pendidikan.
Dalam merangkul keragaman pemahaman, para calon guru penggerak menunjukkan
kesediaan mereka untuk terus tumbuh dan berkembang sebagai pendidik yang
berpikir kritis, inklusif, dan mampu beradaptasi dengan perubahan.
Dengan hasil yang bervariasi dari persentasi dan umpan balik
ini, para peserta memasuki tahap berikutnya dalam perjalanan mereka sebagai
calon guru penggerak. Mereka memiliki peluang untuk mengeksplorasi lebih lanjut
ide-ide yang telah diutarakan, untuk mengembangkan pandangan yang lebih
komprehensif tentang masalah pendidikan, dan untuk menjalin kolaborasi yang
lebih erat dengan rekan-rekan mereka. Dengan semangat belajar yang tinggi dan
komitmen untuk memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan, mereka
akan terus menjadi agen perubahan yang berharga dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan di masa depan.
Feelings (Perasaan)
Setelah menjalani modul 1.4, saya merasa sangat bersemangat,
bangga, dan senang atas apa yang telah saya pelajari. Modul ini telah membuka
mata saya terhadap konsep budaya positif dan penerapannya dalam konteks
pendidikan. Sejumlah aspek menarik telah menjadi sorotan, memberikan pencerahan
baru dalam perjalanan saya sebagai calon guru penggerak.
Semangat saya muncul karena dalam modul 1.4, saya memiliki
kesempatan untuk mendalami materi tentang budaya positif. Ini memberi saya
pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai kebajikan, posisi kontrol guru,
teori motivasi, keyakinan kelas, segitiga restitusi, dan banyak lagi. Saya
merasa semakin siap untuk mengaplikasikan konsep-konsep ini dalam lingkungan
pendidikan. Semangat ini adalah dorongan yang kuat untuk memperbaiki dan
mengembangkan praktik pendidikan saya.
Rasa bangga juga mendominasi perasaan saya setelah
menyelesaikan modul ini. Saya bangga karena memiliki kesempatan untuk
mempelajari materi yang sangat luar biasa dan bermanfaat. Pendidikan adalah
alat yang kuat untuk perubahan positif, dan memahami konsep budaya positif
memberi saya kepercayaan diri untuk menjalani peran saya sebagai guru penggerak
dengan lebih baik. Saya merasa bersyukur atas kesempatan ini dan bertekad untuk
menjadikan pengetahuan ini sebagai alat untuk meningkatkan mutu pendidikan di
masa depan.
Selain semangat dan kebanggaan, saya juga merasa senang.
Kegembiraan ini datang dari kesempatan untuk berkolaborasi dengan teman-teman
sesama calon guru penggerak. Bersama, kami dapat membuat presentasi yang
menganalisis kasus berdasarkan konsep budaya positif. Kolaborasi ini memperkaya
pengalaman belajar kami dan memberikan ruang untuk saling belajar satu sama
lain. Saya yakin bahwa kolaborasi ini akan membawa dampak positif dalam
perjalanan kami sebagai guru penggerak.
Modul 1.4 telah membawa semangat, kebanggaan, dan kegembiraan
dalam belajar tentang budaya positif dalam pendidikan. Saya berharap bahwa
semangat ini akan terus membimbing kami dalam menjalani peran kami sebagai
calon guru penggerak, dan bahwa pengetahuan yang kami peroleh akan membantu
menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih positif dan bermakna untuk
generasi mendatang.
Findings (Pembelajaran)
Modul 1.4 telah membuka pintu
wawasan yang mendalam tentang konsep-konsep budaya positif dalam pendidikan.
Materi yang diajarkan dalam modul ini telah memberikan pemahaman yang kuat
tentang bagaimana kita dapat membangun lingkungan pendidikan yang inklusif,
penuh kasih, dan berfokus pada perkembangan positif siswa. Beberapa konsep
utama yang diajarkan dalam modul ini adalah:
- Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal: Materi ini menekankan
pentingnya disiplin yang bersifat positif dan berlandaskan pada
nilai-nilai kebajikan universal. Disiplin positif menciptakan lingkungan
di mana siswa belajar tanggung jawab, kerja sama, dan penghargaan terhadap
sesama.
- Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi: Teori motivasi membantu kita
memahami cara memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran. Pemahaman yang baik tentang hukuman dan penghargaan serta
konsep restitusi membantu membentuk pendekatan yang lebih seimbang dalam
manajemen kelas.
- Keyakinan Kelas: Konsep ini mengajarkan kita untuk memiliki keyakinan
pada potensi setiap siswa. Keyakinan kelas menciptakan lingkungan di mana
setiap siswa merasa dihargai dan didorong untuk mencapai yang terbaik.
- Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas: Memahami kebutuhan dasar
manusia membantu kita menciptakan lingkungan yang memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional siswa. Tujuan akhirnya adalah menciptakan dunia yang
berkualitas bagi semua siswa.
- Lima Posisi Kontrol: Memahami berbagai posisi kontrol dalam pendidikan
membantu guru untuk menentukan pendekatan mana yang paling sesuai dalam
situasi tertentu. Ini membantu dalam membangun hubungan yang sehat antara
guru dan siswa.
- Segitiga Restitusi: Konsep segitiga restitusi membawa perspektif yang
berbeda dalam menangani konflik di kelas. Dengan mempraktikkan segitiga
restitusi, guru dapat membantu siswa untuk memahami dan memperbaiki
perilaku mereka.
Selain memahami konsep-konsep ini,
saya juga memiliki kesempatan untuk menerapkannya dalam situasi nyata. Contoh
penerapan segitiga restitusi bersama siswa adalah salah satu contoh yang saya
ciptakan selama modul ini. Praktik ini adalah langkah kecil menuju menciptakan
budaya positif di sekolah, di mana siswa diajarkan untuk berkomunikasi,
memahami, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif. Saya berharap
bahwa contoh ini dapat menjadi inspirasi bagi guru lain yang ingin membangun
budaya positif serupa di lingkungan mereka.
Modul 1.4 telah membekali saya
dengan pengetahuan yang berharga dan alat praktis yang akan saya bawa dalam
perjalanan saya sebagai guru penggerak. Saya yakin bahwa pemahaman tentang
budaya positif ini akan membantu saya menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung perkembangan siswa secara holistik dan mempersiapkan mereka untuk
masa depan yang cerah.
Future (Penerapan ke Depan)
Setelah memahami
materi dalam modul 1.4 tentang budaya positif, saya merasa terinspirasi untuk
mengambil peran aktif dalam menggerakan seluruh warga sekolah untuk menerapkan
konsep inti budaya positif. Tujuan utama saya adalah mewujudkan kemerdekaan
belajar peserta didik, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi peserta didik
dengan profil pelajar Pancasila.
Pendidikan
adalah fondasi utama dalam membentuk karakter siswa dan mendorong perkembangan
positif mereka. Untuk mencapai tujuan ini, saya berkomitmen untuk menjadikan
budaya positif sebagai panduan dalam interaksi dan proses pembelajaran di
sekolah. Konsep-konsep seperti disiplin positif, penghargaan, motivasi, dan
restitusi akan menjadi pedoman dalam praktek sehari-hari.
Saya juga
berencana untuk melibatkan seluruh warga sekolah, termasuk guru, siswa, orang
tua, dan staf sekolah, dalam upaya ini. Kolaborasi dan komunikasi terbuka akan
menjadi kunci kesuksesan dalam mengubah budaya sekolah menjadi yang lebih
positif. Bersama-sama, kami akan berupaya menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung kemerdekaan belajar siswa.
Salah satu fokus
utama saya adalah menggali potensi setiap siswa dan memberi mereka kepercayaan
diri untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Saya akan mempraktikkan
keyakinan kelas, yang mendorong siswa untuk merasa dihargai dan dihormati.
Dengan demikian, setiap siswa akan merasa memiliki peran yang penting dalam
proses pembelajaran.
Saya juga akan
mengintegrasikan nilai-nilai kebajikan universal ke dalam kurikulum dan praktek
sehari-hari. Nilai-nilai seperti kejujuran, empati, kerja sama, dan rasa hormat
akan menjadi bagian integral dari budaya sekolah kami. Dengan demikian, siswa akan
belajar untuk menjadi warga yang bertanggung jawab dan berempati dalam
masyarakat.
Selain itu, saya
akan menggunakan konsep segitiga restitusi sebagai cara untuk mengatasi konflik
di sekolah. Ini akan mengajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan bijak,
memahami dampak tindakan mereka, dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan
mereka. Ini adalah langkah menuju menciptakan lingkungan yang menghormati
perasaan dan martabat setiap individu.
Dengan tekad dan
semangat untuk menerapkan konsep budaya positif ini, saya berharap dapat
berkontribusi pada menciptakan sekolah yang mendukung perkembangan positif
siswa. Saya percaya bahwa melalui pendidikan yang berfokus pada budaya positif,
kita dapat membentuk generasi siswa yang memiliki karakter kuat, mampu berpikir
kritis, dan siap untuk menghadapi tantangan masa depan. Saya akan terus
berupaya untuk mewujudkan visi ini, dan saya yakin bahwa bersama, kita dapat
menciptakan perubahan yang positif dalam dunia pendidikan.
Komentar
Posting Komentar